7.4.09

Jadi Anak Muda Mesti KRITIS, OPTIMIS, dan REALISTIS



Selamat datang pemilu 2009. Udah siap buat ngasih suara kamu ? Hampir setahun terakhir ini sosialisasi pemilu kampanye partai, caleg, capres dan juga partainya jadi bagian dari khidupan kita, bagaimana hasilnya?
Ada yang optimis akan adanya perubahan, banyak juga yg pesimis. Banyak pertanyaan yang muncul dari hasil dari pemilu ini nantinya.

"Apakah pemilu ini akan membawa perubahan?"

Dalam menghadapi perubahan mungkin seharusnya pertanyaan itu bisa diganti sedikit tapi dengan arti yang lebih baik. "BUKAN APA TAPI BAGAIMANA".

"Bagaimana pemilu ini bisa membawa perubahan terhadap kehidupan negara kita ?"

Bunga Karno pernah berkata:
"Hai bangsaku, berilah aku 1000 orang, maka aku akan memindahkan gunung semeru, tapi beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncang dunia !"

November 2007, KPU menetapkan jumlah pemilih untuk Pemilu besok sebesar 171.068.667 orang (google) . Diperkirakan ada sekitar 15 juta orang anak-anak muda yang jadi pemilih pemula (17-21 tahun) dan juga pemilih berusia 20-40 tahun yang jumlahnya mencapai 60% dari total pemilih. Nggak heran kalau partai-partai memunculkan figure caleg muda, memahami keinginan, dan dekat dengan anak muda yg dimunculkan.
Sekarang bagaimana sikap kita menghadapi pemilu 2009? Kritis, Optimis, dan Realistis.

Kritis.
Sebagai lahan suara, anak muda masih dilihat dari kekuatan julahnya, bukan dari karakter kebijakan, program, dan pendekatan yang muda. Saatnyamulai menerapkan prinsip kritis terhadap pemerintah bukan berarti pesimistis terhadap bangsa. Bangsa ini harus meninggalkan sikap apatis. Mungkin mental apatis yg ada sekarang disebabkan ketidak puasan terhadap keadaan ataupun karena tidak memiliki pilihan lain dari pemerintahan sebelumnya. Jadi sekaranglah saatnya untuk membuat perubahan. Pilih partai dan pemimpin yang memang mewakili aspirasi kita, jangan asal pilih apalagi golput.

Optimis.
Tanamkan tekad bahwa sekecil apa pun karya yang dilakukan akan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Sejarah membuktikan kenekatan kaum muda itu justru yang mengantarkan Indonesia mencapai kemerdekaanya pada 17 Agustus ’45, bukan menunggu pemberian Jepang !
Realistis.
Perubahan terjadi membutuhkan waktu yang tidak instant dan butuh proses. Kalau tidak sekarang kita berperan, kapan lagi ?

(gaya nya tulisanna ? urg oge teuing nyoblos eeeh nyontreng naon.hahahha)

2 komentar:

intan . mengatakan...

gpp nus . urang ge stuju ! hahahaha .

Kurniati Septia mengatakan...

hahaha hidup golput !